Untukmu Dua Bidadari Kecilku :’)

Beberapa saat sebelum jari-jemariku menari-nari di atas tuts keyboard ini, aku tak sanggup menahan aliran air mata. Teringat akan kalian adik-adikku..:’)

Shalihah, ingatkah pada suatu hari dimana aku pertama kali bertemu kalian. Bertemu dalam suatu ikatan yang sangat indah, sebut saja ukhuwah. Hari itu adalah hari dimana kita sepakat untuk bertemu, membentuk sebuah lingkaran dan saling berbagi ilmu. Namun sore itu, agaknya cuaca kurang bersahabat. Langit mulai gelap, kilat menyambar-nyambar, dan hujan pun turun dengan derasnya. Lima menit kutunggu, belum satu pun diantara kalian hadir. Sepuluh menit berlalu, dingin masih menemani penantian teteh atas kalian. Bukit dan taman Masjid Ibnu Sina mulai dihiasi bulir-bulir bening yang membasahi dedaunan dan rumput yang hijau, dingin pun mencekam. Teteh masih menanti, namun lima belas menit kemudian tampak dari kajauhan seorang gadis berjilbab merah jambu. Berjalan dengan langkah terburu, menenteng sebuah payung yang menanungimu dari guyuran hujan. Dari sudut yang lain, terlihat pula seorang gadis dengan perawakan yang khas dimataku berjalan dengan langkah tergesa.

Aih, Subhanallah.. Nampaknya hujan deras tak mengurungkan semangat dan keinginan kalian untuk menimba ilmu, dan lingkaran itu pun kita bentuk di sebuah sudut selasar masjid dengan iringan irama rintik hujan yang perlahan mereda.. Membicarakan banyak hal tentang Islam, menghilangkan dahaga akan pemikiran Islam..

Shalihah, tak pernah hilang dari ingatan teteh akan kecemasanmu saat menantiku yang sedikit terlambat ketika membuat janji bertemu denganku. SMS-SMS mu yang menanyakan kondisiku, keberadaanku. Juga saat engkau mencurahkan perasaan-perasaan dari hatimu, kebersamaan itu akan selalu teteh kenang. Adikku, saat kau berkata tak memiliki uang untuk perjalanan menemuiku. Aku juga mencemaskanmu, mengkhawatirkanmu. Juga saat kau mendapat perlakuan tak baik dari temanmu, aku juga tak rela. Teteh sayang kalian, adik.. Teteh tak ingin kehilngan kalian. Semangat dan geloramu juga tampak saat kau tetap ingin menebar inspirasi pada orang-orang disekitarmu saat kau pulang ke kampung halaman, melaksanakan birrul walidain kepada orangtuamu. Teteh salut, dik.. Bahagiamu, bahagiaku. Tangismu, juga tangisku..

Namun, beberapa bulan berselang apa yang teteh khawatirkan terjadi. Salah satu dari kalian mengirimiku pesan, yang pada intinya tidak bisa melanjutkan kebersamaan ini. Teteh cemas, galau, sedih dan ingin mengetahui apa yang terjadi padamu dik. Apakah ada kesalahan yang kubuat padamu hingga kau tak ingin bersamaku lagi? Ataukah ada perkataan teteh yang menyakiti hatimu? Akhirnya pada suatu malam, kusempatkan mengunjungimu. Teteh tahu saat itu kondisimu sangat lelah, namun kau tidak menolak kehadiranku. Kita berbicara dari hati ke hati yuk dik, saat kutanya kondisimu kau tak bisa menahan tangis. Kudekatkan tubuhku padamu, dan kupeluk kau dengan erat. Kurasakan tubuh mungilmu bergetar dalam isakan tangis. Engkau pun menuturkn apa yang terjadi diselingi isakan-isakan yang juga membuatku merasakan harumu. Saat ku tahu ternyata orang-orang terdekatmu belum mendukung manisnya perjuangan yang baru saja kau pijak, alangkah pilihan hati itu menghampiri kita. Dan saat kau putuskan untuk mengakhiri ‘kebersamaan’ kita, akupun sedih, dik. Namun apa daya, itu sudah menjadi pilihanmu. Karena hidup adalah pilihan. Saat kau mengucapkan kata-kata terakhir, agar teteh tidak berubah sikap terhadapmu, hatiku semakin menangis.. Sejak saat itu, lingkaran ini tak lagi utuh. Namun aku tetap mengharapkanmu kembali.. Dan aku tidak ingin kehilangan satu bidadari kecilku yang masih kumiliki..

Namun, saat ini aku kembali merana, satu bidadari kecilku bagai hilang ditelan bumi. Seminggu yang lalu, aku menantimu dalam kesendirian. Menanti untuk membuat lingkaran kecil seperti biasa, dan mengisi relung jiwa kita akan ilmu. Lima menit kutunggu, kau tak kunjung datang. Sepuluh menit berlalu, sosokmu tak juga muncul. Timbul kekhawatiraku bahwa kau salah tempat, akhirnya kuberjalan menuju tempat pertemuan yang kita sepakati sebelumnya. Namun kau tak nampak disana. Beberapa saat kemudian, aku memutar balik ke arah sebelumnya. Dan kau tampak dari kejauhan berjalan bersama teman-temanmu, aku pun bernafas lega. Namun keningku berkerut saat kau membelokkan badanmu ke tempat lain, dengan kecemasan aku menghampirimu yang hendak memenuhi ‘hajatul udhawiyah’ makan. Saat kutanya, “Dik, sekarang kita halaqah kan?”. Engkau terperanjat seketika dan mengatakan, “Aku lupa, teh. Kukira jadwalnya sore”. Oh, baiklah. Kita ubah saja kajiannya jadi sore hari. Namun beberapa jam berselang, kau membatalkannya karena ada urusan dengan dosen. Baiklah, aku bisa mengerti. Tapi ada hal yang membuatku cemas, tak biasanya kau melupakan janji dengan seseorang. Bahkan kau lupa membawa kitab yang akan kita kaji. Hmm.. manusia memang tempatnya salah dan lupa..

Namun tak kusangka, jika hari itu mungkin perjumpaan terakhir kita. Bahkan SMS-mu pun adalah SMS terakhir yang dikirim padaku 😥 Sejak saat itu, kucoba mengirimimu pesan. Namun kau tak membalasnya, kutelepon beberapa kali pun tak ada jawaban. Ya Rabbi, ada apa dengannya? Ini bukan dia yang biasanya. Aku khawatir ada sesuatu yang terjadi denganmu, dik.

Esoknya kucoba kirim pesan kembali, kutelepon berkali-kali namun kau tak sama sekali menggubrisnya, kukirim pesan lewat social media namun ternyata kau justru memblokir account-ku. Adakah kesalahan yang kuperbuat hingga kau seolah tak menganggapku lagi? Sebesar apa kesalahnku jika memang iya? Jawab dik, jawab.. 😥

Ya Rabb, sebanyak itukah kemaksiatan yang telah kuperbuat hingga kau mengambil adik-adik yang aku sayangi? Sebanyak itukah dosa yang kulakukan hingga tak layak bagiku untuk membina adik-adik seperti mereka? Ataukah mungkin dahulu aku lebih banyak memikirkan hal yang tidak penting daripada dakwah dan adik-adik binaanku? Ya Rabb, ampuni aku. Jika memang ini cara-Mu agar aku bisa memuhasabahi diriku yang nista dan berlumur dosa ini, hukum aku dengan sesuatu yang Kau anggap terbaik. Mungkin ini bagian kasih sayang-Mu agar aku semakin baik dan menjadi seorang muslim yang bertakwa.. Satu hal pintaku pada-Mu, kembalikan mereka padaku.. Bidadari-bidadari kecilku..aaa

Satu respons untuk “Untukmu Dua Bidadari Kecilku :’)

Tinggalkan komentar