1

Kurelakan dia Demi Sahabatku

Hujan rintik-rintik menemani sore hari di langit kampus Jatinangor, angin berkelebat semakin kencang. Para mahasiswa yang baru turun dari angkutan umum kampus berlarian menghindari rintik hujan yang perlahan membasahi tubuh mereka, sebagian menepi mendekati halte beratap mungil. Sebagian yang lain memenuhi pelataran ATM centre yang juga beratap mungil. Mobil-mobil kecil yang telah seharian menunaikan kewajibannya dalam mengantarjemput para mahasiswa ke berbagai fakultas, segera melarikan diri ke garasi parkir. Pertanda bahwa waktu perkuliahan telah usai. Baca lebih lanjut

0

Izinkan Kubangun Istanaku Sendiri

Fatma terbangun dari tidurnya, pagi ini ia merasa sangat berat untuk keluar dari kamarnya. Ya, sudah dua minggu ia telat datang bulan dan berharap ada sesosok makhluk kecil dalam rahimnya. Seminggu yang lalu, ia melakukan test urin dengan testpack dan hasilnya negatif. Tidak lama setelah itu, ia pun memutuskan untuk memeriksa dengan ultrasonografi (USG) di sebuah klinik kebidanan dekat rumahnya, dan mendapatkan hasil penebalan dindig rahim. Kemudian diminta dokter untuk test ulang satu sampai dua minggu kemudian. Namun kini, harapan itu pupus sudah, siring datangnya tamu bulanan yang tidak ia harapkan. Baca lebih lanjut

0

Hijrah Cinta Niyala

Terik mentari menyelimuti bumi siang itu, angin berhawa panas menyapu-nyapu dan membuat debu ikut menari bersamanya. Siswa-siswi kelas sepuluh lima tengah bersiap menjalani pelajaran olahraga. Setelah mengganti seragam dengan pakaian olahraga, mereka berkumpul di tengah lapangan. Hari itu merupakan hari pertama kegiatan belajar mengajar mereka sebagai siswa SMA, setelah melewati serangkaian orientasi sebelumnya.

Diantara mereka nampak seorang gadis jelita yang berpenampilan agak berbeda dibanding siswi lainnya. Orang-orang biasa memanggilnya Niyala. Wajahnya putih berseri, senyum manisnya selalu mengembang tatkala bertemu setiap orang, pandangannya senantiasa terjaga dari lelaki yang bukan haknya. Beberapa pasang mata mencuri-curi pandang ke arahnya, ada yang tersenyum-senyum sendirian, ada juga yang tersipu malu ketika melihat wajah itu tersenyum merona kepada kawan-kawannya. Hijab panjangnya berkelebat-kelebat tertiup angin, ia tidak mengenakan celana panjang seperti yang lainnya. Namun ia mengenakan seragam olahraga yang telah dimodifikasi menjadi model gamis sporty yang senada dengan warna seragam sekolahnya. Mereka berbaris rapi di bawah komando sang guru, dan bersiap mendengarkan arahan-arahannya. Baca lebih lanjut

0

Kala Senja Menyapa Aisyah*

Awan-awan di langit tampak hitam menggunung menanti titik jenuh, kilatan halilintar berkali-kali bergemuruh membuat suasana senja saat itu terasa amat mencekam. Birunya gunung-gunung yang menjulang tinggi mulai tertutup awan, sepuluh menit kemudian butiran-butiran kristal turun ke bumi.

Di sudut sebuah kamar, seorang gadis yang anggun berjilbab tampak terdiam resah. Sesekali ia terduduk di kursi belajar sembari menatap layar handphonenya yang tergeletak di meja belajar dengan gelisah, sesekali ia menimangnya dan menaruh kembali kemudian bangkit dan menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur, berguling-guling memeluk bantal kesayangannya. Tidak lama kemudian ia mengubah posisinya, terduduk dan menatap kalender yang tergantung di dinding kamar yang bernuansa biru muda. Sesekali ia melempar pandangannya kembali ke handphone yang masih tergeletak di meja belajar yang tak jauh dari tempat tidurnya. Baca lebih lanjut

1

Untukmu Dua Bidadari Kecilku :’)

Beberapa saat sebelum jari-jemariku menari-nari di atas tuts keyboard ini, aku tak sanggup menahan aliran air mata. Teringat akan kalian adik-adikku..:’)

Shalihah, ingatkah pada suatu hari dimana aku pertama kali bertemu kalian. Bertemu dalam suatu ikatan yang sangat indah, sebut saja ukhuwah. Hari itu adalah hari dimana kita sepakat untuk bertemu, membentuk sebuah lingkaran dan saling berbagi ilmu. Namun sore itu, agaknya cuaca kurang bersahabat. Langit mulai gelap, kilat menyambar-nyambar, dan hujan pun turun dengan derasnya. Lima menit kutunggu, belum satu pun diantara kalian hadir. Sepuluh menit berlalu, dingin masih menemani penantian teteh atas kalian. Bukit dan taman Masjid Ibnu Sina mulai dihiasi bulir-bulir bening yang membasahi dedaunan dan rumput yang hijau, dingin pun mencekam. Teteh masih menanti, namun lima belas menit kemudian tampak dari kajauhan seorang gadis berjilbab merah jambu. Berjalan dengan langkah terburu, menenteng sebuah payung yang menanungimu dari guyuran hujan. Dari sudut yang lain, terlihat pula seorang gadis dengan perawakan yang khas dimataku berjalan dengan langkah tergesa. Baca lebih lanjut

2

Menepis Anggapan Keliru Sebagian Besar Ikhwan terhadap Para Akhwat

10380181_531384493650296_5545914115606365813_o

X: “Akh, mengapa di usia ke-27 tahun ini antum belum juga menikah?”

Y: (Sambil tersenyum simpul) “Mana ada sih akhwat yang mau sama saya, mereka kan inginnya punya suami yang mapan, berkecukupan, dan berkepribadian. Ya rumah pribadi, mobil pribadi, dan pribadi-pribadi lainnya. Sholeh aja gak cukup, Akh.”

Percakapan diatas mungkin tidak jarang kita dengar di sela-sela obrolan para aktivis dakwah. Meskipun cuma obrolan ringan, namun menurut saya dalem banget maknanya. Baca lebih lanjut